Beberapa Tren Liburan Orang Indonesia

Liburan Natal dan tahun baru 2014 telah usai. Kini, orang-orang pun kembali ke habitat pekerjaan di kantor yang sudah menantinya. Hampir seminggu lebih sejenak “melupakan” pekerjaan untuk pergi berlibur. Cukup lamanya waktu berlibur, maka sisa-sisa bawaan liburannya pun kadang masih membekas. Tak terasa, kerja di kantor belum efektif dan orang-orang pun sudah memikirkan dua hari libur nasional di bulan Januari yang akan datang. Apakah masyarakat Indonesia haus akan liburan?

Apabila melihat tren jumlah frekuensi penerbangan pesawat antarkota, peningkatan jumlah pemesanan kamar hotel, macet di berbagai lokasi wisata, tumbuhnya industri travel agent, dll, maka hal ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia memang haus akan liburan. Setiap kali ada kesempatan hari libur nasional, maka sebisa mungkin mereka akan pergi berlibur, bahkan kadang harus rela ambil cuti kerja agar liburannya terasa panjang. Mereka benar-benar haus akan liburan, baik domestik (inbound) maupun mancanegara (outbound).

Mengapa demikian? Salah satu pendorong haus akan liburan adalah kemampuan daya beli yang mulai tinggi (high buying power), rasa kepedulian terhadap keluarga, terkoneksi dengan internet, program promosi atau paket liburan travel agent yang menarik (misalnya paket year-end holidays), dll, sehingga mereka sangat antusias menyambut liburan.

Umpamanya, dari sisi kemampuan daya beli, berdasarkan hasil survei Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS) tahun 2013 bahwa masyarakat kelas menengah memiliki pengeluaran rutin bulanan untuk liburan yakni 7,3% (Tabel 1). Hal ini mengindikasikan bahwa selalu ada uang yang sengaja dialokasikan untuk liburan, menonton film, ataupun lainnya. Jika melihat fakta demikian, maka tak heran apabila liburan dan hiburan makin penting di mata kelas menengah.

Tabel 1. Pengeluran Rutin Bulanan Hiburan Relatif Tinggi

Dalam tulisan ini, saya ingin fokus melihat beberapa tren yang sedang berkembang di dalam perilaku berlibur masyarakat Indonesia. Tren-tren ini saya rangkum di bawah ini:

Segmen Anak Muda Makin Menggiurkan
Apabila dibedah secara demografi, pengeluran paling tinggi terjadi pada kelompok usia youth (20-24 tahun) yakni 10,4% per bulan dibandingkan kelompok usia lainnya (Tabel 2). Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah kebutuhan liburan dan hiburan lebih tinggi pada anak muda dibandingkan kelompok usia lain? Mengapa kebutuhan liburan dan hiburan terjadi lebih tinggi di segmen anak muda dibandingkan kelompok segmen lainnya?

Faktor penting pendorongnya adalah teman (komunitas) dan internet!

Tabel 2. Pengeluaran Bulanan Hiburan Usia Muda Paling Tinggi

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada kelompok usia anak muda ini umumnya belum memiliki pendapatan sendiri alias masih bergantung pada orang tua. Sebagian besar status mereka adalah pelajar atau mahasiswa. Tetapi, pengeluaran liburan dan hiburannya lebih tinggi. Mengapa? Hal ini dikarenakan oleh faktor teman dan terkoneksi dengan internet.

Teman dan penggunaan internet menjadi kunci penting dalam memunculkan keinginan untuk berlibur dan mencari tempat liburan yang diinginkan pada segmen anak muda. Apabila kita melihat siklus perilaku traveler yang disusun oleh Graham Hills bahwa faktor teman (komunitas) dan internet menjadi paling dominan: mulai dari mencari destinasi, merencanakan liburan, berlibur, dan setelah berlibur. Saat mencari destinasi, kelompok usia ini kerap dipengaruhi oleh artikel blog teman, foto Facebook teman, dan cerita di Twitter. Ketika merencanakan, mereka juga kelompok usia ini kerap bertanya ke teman di media sosial, community blog, mesin pencari Google, dsb. Kemudian, saat traveling, mereka tak henti-hentinya pamer di media sosial, bahkan difilmkan yang diunggah ke Youtube.

Gambar 3. Siklus Perilaku Traveler Anak Muda

Dengan melihat fakta di atas, maka hal ini merupakan insights menarik bagi industri travel dalam menggarap segmen anak muda dan internet user. Apalagi dari sisi komposisi demografi penduduk Indonesia, lebih dari separuh total pupulasi penduduk Indonesia didominasi oleh kelompok usia di bawah 30 tahun. Di samping itu, populasi pengguna internet mencapai 45 juta jiwa dengan angka penetrasi 89%. Dengan demikian, ini menjadi peluang besar bagi industri travel.

Outbound Makin Diminati
Apabila dari sisi user ke depan akan didominasi oleh segmen anak muda, maka dari sisi destinasi traveling masyarakat Indonesia ke depan akan didorong oleh liburan ke luar negeri (outbound). Mengapa? Karena masyarakat Indonesia mulai mengarah menjadi konsumen cerdas alias value-seeker. Kini, dengan maraknya penerbangan low cost carrier, maka masyarakat Indonesia mulai mencari-cari tempat wisata di luar negeri yang terjangkau secara biaya, dan secara imej dapat dinilai keren.

Di bawah ini adalah data analisa Wego terhadap perilaku pencarian tempat wisata oleh masyarakat Indonesia di internet. Kini, kesadaran masyarakat mencari kesempatan liburan ke luar negeri semakin tinggi. Sedangkan wisata di dalam negeri makin turun, meskipun sampai saat ini masih paling dominan.

Tabel 4. Outbound Makin Diminati

Apabila dilihat berdasarkan negara tujuan, umumnya masyarakat Indonesia mencari tempat wisata luar negeri yang sekiranya masih terjangkau. Di bawah ini adalah data negara tujuan traveler Indonesia ke luar negeri dari tahun 2005 sampai 2010. Singapura menempati peringkat pertama, yang kemudian disusul oleh Malasyia, Arab Saudi, Cina, dan Hong Kong. Dengan demikian, Asia masih mendominasi sebagai negara tujuan wisata luar negeri masyarakat Indonesia.

Tabel 5. Destinasi Wisata Luar Negeri Orang Indonesia

Di samping wisata untuk mencari kesenangan, orang Indonesia pun kerap melakukan wisata outbound untuk keperluan berobat. Malasyia dan Singapura menjadi potret dua negara yang kerap kebanjiran medical tour orang Indonesia. Euromonitor mencatat bahwa tahun 2012 saja ada 600.000 orang Indonesia yang medical tour di Malasyia. Jumlah itu adalah sekitar 69% dari total medical tourist yang ke Malasyia. Jumlah yang fantastis mengingat uang yang lari ke Malasyia pun mencapai US$ 1,4 miliar. Dengan demikian, orang Indonesia adalah penyumbang penting pertumbuhan medical tourism di Malasyia yang ke depan diperkirakan akan tumbuh rata 15% per tahun.

Tabel 6. Komposisi Turis Yang Berkunjung ke Malasyia untuk Berobat

Family-Oriented
Mengapa liburan menjadi penting bagi orang Indonesia? Salah satu sebabnya adalah alasan adanya kebutuhan waktu bersama keluarga. Umumnya, waktu sehari-hari banyak digunakan untuk bekerja dan sibuk mengejar karir alias self-oriented. Sehari-hari, mereka kurang bercengkrama dengan anggota keluarga atau anak-anak. Oleh karena itu, alasan terkuat masyarakat Indonesia untuk berlibur adalah membutuhkan kualitas waktu kumpul bersama anggota keluarga. Family-oriented. 

Liburan adalah momentum tepat untuk bersosialisasi sesama anggota keluarga sekaligus sebagai upaya “menebus dosa” para orang tua yang terlalu sibuk memikirkan karir atau pekerjaan demi bisa bercengkrama dengan anak. Berdasarkan hasil survei Skyscanner bahwa alasan utama mereka berlibur adalah menciptakan momentum kebersamaan semua anggota keluarga (27%). Setelah itu, alasan mereka berlibur adalah mencari kuliner, mengunjungi kota atau negara baru, dan sebagainya.

Dengan melihat fakta di atas, insight menarik bagi travel agent untuk menciptakan segmen keluarga sebagai target market dan membuat produk yang sesuai dengan kegelisahan dan keinginan mereka.

Smartphone Teman Andalan
Ciri penting lain dari perilaku berlibur masyarakat kita adalah saat berlibur hampir tidak lupa membawa smartphone. Mengapa? Di tengah-tengah “terkoneksi” dengan keluarga agar lebih intim, justru mereka pun tidak ingin kehilangan momentum untuk bisa narsis. Yap betul, setali tiga uang, mereka ingin dekat dengan keluarga sekaligus audiensnya di media sosial. Karena itu, smartphone beserta kamera digital dengan resolusi bagus selalu menjadi teman perjalanan penting. Di setiap momen bagus, sesekali mereka memotret diri dengan latar belakang keren, lalu mengunggahnya sebagai profile picture ataupun di instagram.

Sebenarnya, hal ini adalah satu hal paradoks dari perilaku berlibur masyarakat Indonesia. Mengapa? Karena ketika mereka membutuhkan waktu untuk menjauhkan diri dari keramaian, pekerjaan, dan menginginkan waktu khusus untuk keluarga, justru mereka aktif berkicau, update status, foto, dan mereview liburan di media sosial. Paradoks.

Dalam hasil risetnya, Graham Hills mengidentifikasi bahwa Indonesia merupakan negara terdepan menggunakan media sosial di saat pergi berlibur, mengalahkan India dan Cina. Angkanya mencapai 60% lebih traveler Indonesia menggunakan media sosial saat berlibur (Tabel 7). Narsis pun menjadi penting.

Tabel 7. Penggunaan Media Sosial Saat Berlibur di Beberapa Negara

Wisata Kuliner!!!
Saat traveling, cari tempat wisata kuliner adalah hal penting. Bagi para traveler Indonesia, hal ini menjadi ajang icip-icip kuliner lokal baru atau menikmati kembali kuliner yang sudah dimakan. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Skyscanner bahwa umumnya traveling orang Indonesia mencari kuliner lokal baru yang diinginkan.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka menjadi insight menarik bagi travel agent untuk memaksimalkan pasar traveling Indonesia. Seiring dengan tumbuh impresifnya konsumen kelas menengah, meningkatnya daya beli, serta kebutuhan waktu kebahagiaan kebersamaan keluarga, maka travel agent akan tumbuh menggiurkan. Bahkan, para pemain travel agent asing pun sudah masuk dengan leluasa di Indonesia. PR besar bagi para local travel agent untuk mampu berkompetisi memperebutkan kue bisnis traveling.


0 Komentar untuk "Beberapa Tren Liburan Orang Indonesia"

Back To Top