Apabila melihat beberapa tren perkembangan masjid di Tanah Air, maka potensi masjid sebagai pusat bisnis MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) tidak bisa dikesampingkan. Saya memprediksikan bahwa masjid akan menjadi salah satu driver bisnis MICE di Indonesia yang tak kalah menarik dibandingkan hotel ataupu convention center lainnya. Sampai saat ini, memang belum ada data industri perihal peluang bisnis MICE di masjid. Tetapi, apabila kita lihat geliat masjid di beberapa kota besar, ini bisa menjadi peluang yang menjanjikan.
Ada beberapa contoh masjid yang telah menunjukkan kapabilitasnya sebagai pusat kegiatan MICE menjanjikan seperti Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Dian Al-Mahri, Masjid At-tin, Masjid Agung Al-Azhar, Masjid Raya Al-Musyawarah, Masjid Pondok Indah, dan lainnya. Beberapa masjid itu rutin menyewakan tempat untuk akad/resepsi pernikahan, acara meeting, pameran, dll. Hampir setiap masjid yang di atas telah memiliki berbagai perangkat kebutuhan acara seperti ruang serbaguna, sound system, halaman parkir luas, manajemen panggung, pengurus catering, ruang tata rias, dll. Harga paket untuk persewaan masjid pun bervariasi mulai dari kelas biasa sampai dengan VIP.
Mengapa masjid laris menjadi tempat MICE? Ini tidak lepas dari preferensi konsumen muslim yang tidak sekadar memperhatikan aspek fungsional, melainkan juga spiritual. Dari aspek fungsional, fasilitas MICE masjid tidak kalah menarik dibandingkan yang ada di hotel bintang tiga atau empat. Namun, lebih dari itu, konsumen muslim lebih senang menyelenggarakan akad nikah di masjid karena aspek spiritual benefit. Mereka akan merasa nyaman apabila mengikrarkan akad nikahnya di masjid.
UGM Case
Saat kuliah di UGM dulu, saya ingat bahwa singkatan UGM kerap diplesetkan sebagai Universitas Gedung Manten oleh masyarakat Jogja. Hehehe. Mengapa? Hampir semua fasilitas kampus banyak digunakan untuk keperluan pernikahan masyarakat, mulai dari gedung Graha Saba Pramana, Wisma Kagama, sampai masjid Kampus UGM. Hampir setiap minggu, selalu saja ada orang yang nikahan di kampus.
Masjid Kampus UGM yang sehari-hari dikenal sebagai pusat aktivitas diskusi mahasiswa dari berbagai organisasi mahasiswa, pada hari Sabtu/Minggu berubah menjadi tempat menyelenggarakan pernikahan. Dengan fasilitas bagus, halaman luas, ruang terbuka nan hijau, akses lokasi mudah, dan kenyamanan secara spiritual membuat konsumen muslim di Yogyakarta tidak ragu memilih masjid Kampus UGM sebagai altar pernikahannya.
Bahkan, beberapa wedding organizer di Yogyakarta telah menetapkan Masjid Kampus UGM sebagai destinasi MICE pernikahan masyarakat umum. Dengan paket wedding party terjangkau, Masjid Kampus UGM bisa menjadi alternatif MICE yang mampu menampung 1.000 orang untuk resepsi pernikahan.
Alih Fungsi
Apabila dahulu masjid kerap digunakan sebagai pusat kegiatan ibadah semata, maka saat ini fungsi masjid berkembang menjadi pusat pendidikan & kebudayaan, aktivitas ekonomi/bisnis, penyelenggaraan acara meeting atau akad/resepsi pernikahan, tempat konser musik, dll. Mengapa fungsi masjid semakin luas? Ini tidak lepas dari perubahan nilai-nilai dan perilaku masyarakat muslim.
Dulu, masyarakat muslim menganggap masjid sebagai tempat sakral yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan ibadah semata, seperti sholat, dzikir, dan pengajian. Kini, masyarakat muslim percaya bahwa masjid bisa menjadi pusat aktivitas manusia yang berkaitan semua aspek kehidupan, karena agama Islam adalah universal. Di masjid pun banyak diselenggarakan kegiatan sekolah, pusat aktivitas dagang, entertainment (radio dan TV komunitas), rekreasi, dll.
Pengertian dakwah (syiar agama Islam) pun tidak sekadar melalui pengajian semata. Dakwah bisa dilakukan dengan beragam media seperti kegiatan ekonomi, kebudayaan, konser musik, radio, dan lainnya.
Jazz @ Masjid
Oleh karena itu, tidak heran apabila kita melihat masjid Cut Mutiah di Menteng Jakarta menjadi ajang konser Ramadhan Jazz Festival setiap tahun. Ini adalah tahun ke-4 penyelenggaraan Ramadhan Jazz Festival. Para penyelenggara Ramadhan Jazz Festival ini menilai bahwa syiar agama bisa dilakukan dengan cara menggelar konser. Dengan demikian, penonton pun dapat menikmati menikmati Jazz yang bermuatan dakwah Islam.
Ada banyak penonton yang hadir dalam acara tahunan Ramadhan Jazz Festival. Acara ini terbuka untuk masyarakat. Melalui acara ini, Islam bisa diterima sebagai agama yang mampu beradaptasi dengan modernitas. Jazz adalah simbol budaya Barat dan modernitas. Namun, di Masjid Cut Mutiah Menteng, Islam dan Jazz berpadu menampilkan wajah yang modern nan toleran.
Modern & Profesional
Beberapa pengelola masjid sudah sadar marketing. Mereka tak jarang memiliki radio/TV komunitas untuk syiar agama, akun media sosial ataupun website untuk menampilkan program dan aktivitas di masjid. Untuk keperluan syiar agama dan pendidikan, masjid sangat terbuka bagi masyarakat luas.
Di samping itu, karena besarnya animo masyarakat untuk bisa menyelenggarakan berbagai acara di masjid (termasuk akad nikah atau meeting), maka pihak pengelola masjid pun menerapkan ketentuan pembayaran shadaqah. Shadaqah tersebut akan dikelola untuk perawatan berbagai fasilitas masjid.
Inilah yang saya sebut sebagai model pengelolaan modern dan profesional. Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Dian Al-Mahri, Masjid At-tin, Masjid Agung Al-Azhar, Masjid Raya Al-Musyawarah, Masjid Pondok Indah, Masjid Kampus UGM, dll., dikelola secara modern dan profesional. Di tengah industri MICE dalam negeri yang sedang naik-naiknya, maka masjid bisa menjadi alternatif.
Meskipun dikelola secara modern dan profesional, tak jarang banyak masyarakat juga menilai sebagai upaya komersialisasi masjid. Menurut saya, asalkan porsi kegiatan ibadah atau pendidikan agama lebih besar daripada aktivitas komersial, serta ketentuan shadaqah yang mesti dibayarkan masyarakat bisa terjangkau, maka masjid akan menjadi daya tarik yang powerful bagi masyarakat muslim. Bagaimana pendapat Anda?
Ada beberapa contoh masjid yang telah menunjukkan kapabilitasnya sebagai pusat kegiatan MICE menjanjikan seperti Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Dian Al-Mahri, Masjid At-tin, Masjid Agung Al-Azhar, Masjid Raya Al-Musyawarah, Masjid Pondok Indah, dan lainnya. Beberapa masjid itu rutin menyewakan tempat untuk akad/resepsi pernikahan, acara meeting, pameran, dll. Hampir setiap masjid yang di atas telah memiliki berbagai perangkat kebutuhan acara seperti ruang serbaguna, sound system, halaman parkir luas, manajemen panggung, pengurus catering, ruang tata rias, dll. Harga paket untuk persewaan masjid pun bervariasi mulai dari kelas biasa sampai dengan VIP.
Mengapa masjid laris menjadi tempat MICE? Ini tidak lepas dari preferensi konsumen muslim yang tidak sekadar memperhatikan aspek fungsional, melainkan juga spiritual. Dari aspek fungsional, fasilitas MICE masjid tidak kalah menarik dibandingkan yang ada di hotel bintang tiga atau empat. Namun, lebih dari itu, konsumen muslim lebih senang menyelenggarakan akad nikah di masjid karena aspek spiritual benefit. Mereka akan merasa nyaman apabila mengikrarkan akad nikahnya di masjid.
UGM Case
Saat kuliah di UGM dulu, saya ingat bahwa singkatan UGM kerap diplesetkan sebagai Universitas Gedung Manten oleh masyarakat Jogja. Hehehe. Mengapa? Hampir semua fasilitas kampus banyak digunakan untuk keperluan pernikahan masyarakat, mulai dari gedung Graha Saba Pramana, Wisma Kagama, sampai masjid Kampus UGM. Hampir setiap minggu, selalu saja ada orang yang nikahan di kampus.
Masjid Kampus UGM yang sehari-hari dikenal sebagai pusat aktivitas diskusi mahasiswa dari berbagai organisasi mahasiswa, pada hari Sabtu/Minggu berubah menjadi tempat menyelenggarakan pernikahan. Dengan fasilitas bagus, halaman luas, ruang terbuka nan hijau, akses lokasi mudah, dan kenyamanan secara spiritual membuat konsumen muslim di Yogyakarta tidak ragu memilih masjid Kampus UGM sebagai altar pernikahannya.
Bahkan, beberapa wedding organizer di Yogyakarta telah menetapkan Masjid Kampus UGM sebagai destinasi MICE pernikahan masyarakat umum. Dengan paket wedding party terjangkau, Masjid Kampus UGM bisa menjadi alternatif MICE yang mampu menampung 1.000 orang untuk resepsi pernikahan.
Alih Fungsi
Apabila dahulu masjid kerap digunakan sebagai pusat kegiatan ibadah semata, maka saat ini fungsi masjid berkembang menjadi pusat pendidikan & kebudayaan, aktivitas ekonomi/bisnis, penyelenggaraan acara meeting atau akad/resepsi pernikahan, tempat konser musik, dll. Mengapa fungsi masjid semakin luas? Ini tidak lepas dari perubahan nilai-nilai dan perilaku masyarakat muslim.
Dulu, masyarakat muslim menganggap masjid sebagai tempat sakral yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan ibadah semata, seperti sholat, dzikir, dan pengajian. Kini, masyarakat muslim percaya bahwa masjid bisa menjadi pusat aktivitas manusia yang berkaitan semua aspek kehidupan, karena agama Islam adalah universal. Di masjid pun banyak diselenggarakan kegiatan sekolah, pusat aktivitas dagang, entertainment (radio dan TV komunitas), rekreasi, dll.
Pengertian dakwah (syiar agama Islam) pun tidak sekadar melalui pengajian semata. Dakwah bisa dilakukan dengan beragam media seperti kegiatan ekonomi, kebudayaan, konser musik, radio, dan lainnya.
Jazz @ Masjid
Oleh karena itu, tidak heran apabila kita melihat masjid Cut Mutiah di Menteng Jakarta menjadi ajang konser Ramadhan Jazz Festival setiap tahun. Ini adalah tahun ke-4 penyelenggaraan Ramadhan Jazz Festival. Para penyelenggara Ramadhan Jazz Festival ini menilai bahwa syiar agama bisa dilakukan dengan cara menggelar konser. Dengan demikian, penonton pun dapat menikmati menikmati Jazz yang bermuatan dakwah Islam.
Ada banyak penonton yang hadir dalam acara tahunan Ramadhan Jazz Festival. Acara ini terbuka untuk masyarakat. Melalui acara ini, Islam bisa diterima sebagai agama yang mampu beradaptasi dengan modernitas. Jazz adalah simbol budaya Barat dan modernitas. Namun, di Masjid Cut Mutiah Menteng, Islam dan Jazz berpadu menampilkan wajah yang modern nan toleran.
Modern & Profesional
Beberapa pengelola masjid sudah sadar marketing. Mereka tak jarang memiliki radio/TV komunitas untuk syiar agama, akun media sosial ataupun website untuk menampilkan program dan aktivitas di masjid. Untuk keperluan syiar agama dan pendidikan, masjid sangat terbuka bagi masyarakat luas.
Di samping itu, karena besarnya animo masyarakat untuk bisa menyelenggarakan berbagai acara di masjid (termasuk akad nikah atau meeting), maka pihak pengelola masjid pun menerapkan ketentuan pembayaran shadaqah. Shadaqah tersebut akan dikelola untuk perawatan berbagai fasilitas masjid.
Inilah yang saya sebut sebagai model pengelolaan modern dan profesional. Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Dian Al-Mahri, Masjid At-tin, Masjid Agung Al-Azhar, Masjid Raya Al-Musyawarah, Masjid Pondok Indah, Masjid Kampus UGM, dll., dikelola secara modern dan profesional. Di tengah industri MICE dalam negeri yang sedang naik-naiknya, maka masjid bisa menjadi alternatif.
Meskipun dikelola secara modern dan profesional, tak jarang banyak masyarakat juga menilai sebagai upaya komersialisasi masjid. Menurut saya, asalkan porsi kegiatan ibadah atau pendidikan agama lebih besar daripada aktivitas komersial, serta ketentuan shadaqah yang mesti dibayarkan masyarakat bisa terjangkau, maka masjid akan menjadi daya tarik yang powerful bagi masyarakat muslim. Bagaimana pendapat Anda?
0 Komentar untuk "Masjid & MICE"